Revolusi Akhlaq dan Revolusi Mental dua hal yang serupa tapi tak sama. Dikatakan serupa karena masalah Akhlaq sering dikaitkan, bahkan terkadang diidentikkan dengan persoalan Mental.
Namun jika dikaji dengan lebih mendalam dan cermat, ternyata Akhlaq dan Mental adalah dua hal yang amat berbeda, bahkan saling bertolak belakang dan berlawanan serta bertentangan.
Revolusi Akhlaq adalah Visi Misi Kenabian yang dibawa Rasulullah SAW, sebagaimana beliau pernah sabdakan :
"Sesungguhnya aku telah diutus hanya untuk menyempurnakan kemuliaan-kemuliaan Akhlaq."
Sedang Revolusi Mental adalah istilah yang dipopulerkan oleh Karl Marx dalam mempropagandakan ajaran sosialis dan komunisnya. Dan istilah "Revolusi Mental" pernah dijadikan jargon Partai Komunis Indonesia (PKI) saat kampanye politiknya dalam Pemilu Pertama di Indonesia pada tahun 1955.
Kaum Atheis, baik dari kalangan Marxisme atau Leninisme mau pun Komunisme, menilai bahwasanya agama adalah belenggu bagi kebebasan mental manusia. Dalam pandangan mereka bahwa keyakinan akan adanya Tuhan adalah perbudakan bagi jiwa manusia. Karenanya, manusia harus membebaskan jiwanya dari perbudakan Tuhan melalui Revolusi Mental, sehingga jiwanya terlepas dari segala belenggu keagamaan dan ketuhanan.
Kaum Kiri di seluruh Dunia hingga zaman sekarang ini masih berprinsip bahwasanya manusia hanya bisa maju jika telah berhasil membebaskan mentalnya dari kungkungan ajaran agama apa pun. Itulah maksud Revolusi Mental yang sebenarnya.
Bahkan Kaum Liberal di seluruh Dunia pun saat ini sedang menggandrungi istilah Revolusi Mental. Sepintas lalu, ini hanya sebuah istilah, tapi sebenarnya ini adalah PERANG TERMINOLOGI antara Islam di satu pihak dengan Revolusi Akhlaqnya dan Komunis bersama Liberal di pihak lain dengan Revolusi Mentalnya.
Kini pertanyaan penting dan gentingnya adalah : "Revolusi Mental" yang dicanangkan Jokowi sejak saat kampanye hingga kini, maksudnya apa dan arahnya kemana ???
Wallaahu A'lam ...
0 komentar:
Posting Komentar