Sabtu, 30 Januari 2016


Waspadalah .... Lesbian, Gay, Bisexual dan Transgender yang disingkat LGBT kini semakin meraja-lela.

Bahkan di Indonesia, LGBT kini sudah berani secara terang-terangan menggelar PERKAWINAN SEJENIS. Dan aneka LSM KOMPRADOR yang jadi antek asing ramai-ramai membelanya atas nama ANTI DISKRIMINASI.

Para Penegak Hukum di Indonesia tidak berkutik di hadapan LGBT dengan alasan belum ada undang-undang atau peraturannya, sehingga tidak ada payung hukum untuk menindaknya.

LGBT DIBELA :

Komnas HAM membela LGBT atas nama HAM.

LIBERAL membela LGBT atas nama KEBEBASAN.

POLITISI membela LGBT atas nama DEMOKRASI.

BUDAYAWAN membela LGBT atas nama KERAGAMAN.

ADVOKAT membela LGBT atas nama KEADILAN.

PENGADILAN membela LGBT atas nama HUKUM.

MEDIA cetak mau pun elektronik aktif menghadirkan LGBT dalam aneka acara dan kesempatan atas nama KEMANUSIAAN.

Negara pun ikut-ikutan membela LGBT atas nama KEMERDEKAAN.

Tokoh Agama tidak mau ketinggalan membela LGBT atas nama TOLERANSI.

WARNA-WARNI adalah Lambang LGBT :

LGBT membuat bendera WARNA-WARNI dengan gambar BULAN BINTANG, untuk mengesankan bahwa Islam menghalalkan LGBT.



LGBT membuat gambar Masjid dengan dikelilingi warna-warni untuk mengesankan bahwa Masjid menerima kehadiran LGBT.


LGBT membuat gambar seorang USTADZ dengan peci warna-warni untuk mengesankan bahwa para Ustadz sudah ridho dengan LGBT, bahkan sudah ada kalangan Ustadz yang berasal dari kalangan LGBT.



LGBT menyebar foto pemuda-pemudi Islam, bahkan yang berjilbab sekali pun, sedang demo mendukung LGBT untuk mengesankan bahwa LGBT sudah menjadi bagian kehidupan pemuda pemudi Islam.


Innaa Lillaahi wa Innaa ilaihi Rooji'uun ...

Awas Propaganda LGBT ... !!!

Waspadalah .... Lesbian, Gay, Bisexual dan Transgender yang disingkat LGBT kini semakin meraja-lela. Bahkan di Indonesia, LGBT kini sudah be...

Jumat, 29 Januari 2016


Depok - Ratusan anggota Front Pembela Islam (FPI) Depok mendatangi kantor DPRD Depok, Jumat (29/1/2016). Mereka mendesak DPRD Depok membuat peraturan yang lebih tegas terhadap minuman keras (miras).

FPI meminta DPRD Depok mengevaluasi Perda Nomor 6 tahun 2008 tentang Pengawasan, Peredaran, dan Penjualan Miras atau dikenal dengan Perda Miras karena tidak berdampak dalam mencegah maraknya miras yang dijual secara terang-terangan di Depok. Perda tersebut dianggap tidak efektif memberantas peredaran miras di Depok.

Ketua FPI Depok, Agus Rahmat, mengatakan bahwa mengonsumsi miras bukan lah tindakan maksiat ringan. Pasalnya, melalui miras, pikiran seseorang dapat rusak hingga berbuat kejahatan.

“Demi kepentingan umat, kami mendesak DPRD Depok merevisi Perda Nomor 6 tahun 2008 karena kami tidak ingin Depok rusak. Perda ini juga tidak efektif memberantas peredaran Miras di Kota Depok,” tegasnya.

Sementara, Sekjen FPI Ahmad Yani mengatakan bahwa langkah ini merupakan tindakan ketiga. Setelah sebelumnya FPI melayangkan dua surat, namun tidak digubris oleh DPRD Depok.

Menurutnya, aturan yang ada belum bisa melindungi umat dari bahaya miras. “Perda 6 tahun 2008 hanya melindungi kepentingan penjual miras, bukan kepentingan umat,” jelasnya.

Karenanya mereka menuntut aturan yang lebih tegas dan efektif. “Sebagai warga Depok, kami mendesak agar DPRD jangan membuat perda banci soal miras ini,” pungkasnya.

Sumber: Suara Islam Online

Datangi DPRD Depok, FPI: Miras Harus Diberantas

Depok - Ratusan anggota Front Pembela Islam (FPI) Depok mendatangi kantor DPRD Depok, Jumat (29/1/2016). Mereka mendesak DPRD Depok membuat...

Kamis, 28 Januari 2016



Jakarta - Kenapa sekarang ini musuh-musuh Islam semakin punya peluang untuk memojokkan dan melancarkan beraneka ragam tuduhan kepada kita. Itu tidak terlepas dari kesalahan kita sendiri, oleh karena itu kita wajib instrospeksi diri. Demikian dikatakan Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Syihab saat pengajian di Petamburan Jakarta, Rabu malam (27/1/2016).

"Jadi saya ingin mengingatkan kembali, bahwa dalam beragama itu harus berilmu, dalam berjuang itu ada aturannya," ujarnya.

Sebagai contoh, ia mengisahkan bagaimana ketika Saidina Umar bin Khattab meminta izin kepada Nabi untuk membunuh tokoh munafik Abdullah bin Ubay.

Saat itu Nabi Saw menjawab; "Ya Umar kalau kau bunuh dia, apa kata orang nanti, mereka akan katakan bahwa Muhammad membunuh kawannya sendiri."

"Abdullah bin Ubay itu munafik, artinya dia juga suka ikut kegiatan bersama Nabi, meskipun di belakang ia suka menjelek-jelekan Nabi dan agama Islam, tetapi orang-orang kafir itu tahunya dia bagian dari umat Nabi," jelasnya.

Secara fiqih memang sudah halal darahnya tetapi secara dakwah itu bisa merugikan jika dibunuh, kata Habib Rizieq.

Oleh karena itu, jadi tidak benar jika di masyarakat ada prinsip hitam putih yang sembarangan, seperti kalau ada orang kafir itu otomatis halal darahnya dan boleh dibunuh, yang berbeda pendapat juga boleh dibunuh.

"Ada hal-hal yang perlu diluruskan, ahlusunnah tidak boleh mengkafirkan sesama muslim. Islam tidak mengajarkan pertama kali mengorbankan perang, tetapi kalau diperangi maka haram kita mundur dari medan perang. Jangan kalau lagi aman lagi tenang jangan kita sendiri yang mengobarkan perang," kata Habib.

Begitu pula dalam hal amar makruf nahi munkar, itu juga tidak boleh berlebihan. "Misal kalau ada orang main judi lalu dia berhenti saat didatangi, berarti sudah cukup, jangan dia sudah berhenti lalu kita pukuli orangnya. Kita bilang bubar mereka bubar ya berarti selesai, kalau kemunkarannya bisa dicegah ya sudah selesai tugasnya, kalau kita berlebihan berarti itu hawa nafsu," jelasnya.

"Atau ada orang Islam yang berjudi lalu kita katakan kafir, itu juga jangan. Perbuatan dia berdosa, tetapi urusan mengkafirkan itu ada aturannya lagi," tambahnya.

"Jadi semua tindakan itu harus pakai ilmu, kalau kita tidak pakai ilmu maka akan melewati batas dan memberikan peluang kepada pihak-pihak yang anti syariat untuk menyerang kita," tandas Habib Rizieq.

Lebih lanjut, dalam pengajian tersebut, Habib Rizieq juga menjelaskan soal soal Gafatar yang akhir akhir ini sedang ramai dibicarakan. Habib Rizieq juga menyinggung masalah Televisi yang dinilai sebagai sumber kebejatan moral. Lebih lengkap silahkan simak dalam rekaman di atas.

Sumber: Suara Islam Online/Tim News

Pengajian Rutin Mingguan FPI, Habib Rizieq Jelaskan Pentingnya Ilmu, Gafatar Sampai Sumber Kerusakan Moral

Jakarta - Kenapa sekarang ini musuh-musuh Islam semakin punya peluang untuk memojokkan dan melancarkan beraneka ragam tuduhan kepada kita....

Rabu, 27 Januari 2016


Makasar - Jaringan media group Kompas, Tribunnews (Tribun Timur), pada Senin 25 Januari 2016, mengangkat berita penangkapan terduga teroris oleh Satuan Reskrim Luwu bersama beberapa personil Densus 88 di Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan.

Media yang pernah mendiskripsikan bau sampah dengan kalimat tauhid La ilaha Illallah ini tanpa melakukan cek dan kroscek (tabayyun) kepada FPI, langsung memberitakan bahwa salah satu dari dua terduga teroris yang ditangkap bernama Chandra adalah ketua FPI Belopa.

Informasi ini mereka sebarkan hanya berbekal keterangan sepihak dari aparat bernama Kombes Pol Frans Barung Mangera. Kabar inipun lantas diberitakan juga oleh beberapa media lainnya seperti Kompas, Tempo, Viva, dan lain-lain.

Ketua DPD Front Pembela Islam (FPI) Sulawesi Selatan Habib Muchsin Al-Habsyi membantah kabar ini. Menurutnya Chandra yang disebut-sebut sebagai Ketua FPI Belopa bukanlah pengurus. 

"FPI Sulawesi Selatan sama sekali tidak mengenal nama Chandra, dan FPI Sulsel hingga saat ini belum membentuk FPI Belopa," ungkap Habib Muchsin, Selasa (26/01/2016). 

Sebelumnya, Kepolisian Resor Luwu dan Densus 88 Antiteror menangkap Chandra dan Adri alias Awi, yang disebut sebagai buronan jaringan teroris Poso, di Luwu pada Senin kemarin.  Hingga kini, keduanya masih diperiksa di Markas Polres Luwu.

Kabid Humas Kepolisian Daerah Sulawesi Selatan dan Barat, Komisaris Besar Frans Barung Mangera menyebut salah satu terduga pelaku teror adalah tokoh Front Pembela Islam Belopa. "Informasi awalnya ya begitu, ada Ketua FPI Belopa yang diamankan," ucap Barung. 

Terkait fitnah tersebut, FPI Sulsel memberikan peringatan keras kepada semua pihak untuk tidak mengaitkan penangkapan Chandra dengan FPI. "Barangsiapa yang melakukan fitnah terhadap FPI akan kami tuntut secara hukum," pungkas Habib Muchsin.

Berikut adalah Surat Klarifikasi Resmi DPD FPI Sulawesi Selatan:


Red: Tim News

Klarifikasi FPI Sulsel Atas Fitnah Jaringan Media Kompas, Tribun Timur

Makasar - Jaringan media group Kompas, Tribunnews (Tribun Timur), pada Senin 25 Januari 2016, mengangkat berita penangkapan terduga teroris...

Selasa, 26 Januari 2016


BISMILLAAHIR ROHMAANIR ROHIIM
ASSALAAMU ‘ALAIKUM WA ROHMATULLAAHI WA BAROKAATUHU

KESAKSIAN
HABIB MUHAMMAD RIZIEQ BIN HUSEIN SYIHAB

UNTUK
SYEIKH ABU BAKAR BA’ASYIR

TERKAIT LATIHAN PERANG DI HUTAN JALIN JANTHO – ACEH BESAR
DI SIDANG PENGADILAN NEGERI CILACAP – JAWA TENGAH
PADA HARI SELASA TANGGAL 26 JANUARI 2016

Saya yang bertanda tangan di bawah ini Habib Muhammad Rizieq bin Husein Syihab selaku Imam Besar Front Pembela Islam secara tulus dan ikhlas serta suka rela memberi keterangan dan kesaksian dengan sebenar-benarnya sebagai berikut :

I. MAKNA DAN TUJUAN I’DAD

I’DAD berasal dari bahasa Arab yang berarti persiapan, dalam konteks Fiqih Islam yang dimaksud dengan I’DAD ialah mempersiapkan diri untuk menghadapi segala kemungkinan dari pada serangan musuh Islam. Hukum I’DAD adalah WAJIB berdasarkan firman Allah SWT dalam QS. Al-Anfaal ayat 60 :

وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ وَمِنْ رِبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِ عَدُوَّ اللَّهِ وَعَدُوَّكُمْ وَآَخَرِينَ مِنْ دُونِهِمْ لَا تَعْلَمُونَهُمُ اللَّهُ يَعْلَمُهُمْ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ فِي سَبِيلِ اللَّهِ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تُظْلَمُونَ

Artinya : ”Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang, (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu serta orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).”

Berdasarkan ayat ini Fuqoha semua Madzhab Islam, baik Salaf mau pun Khalaf, sepakat bahwa setiap muslim wajib mempersiapkan diri dengan segala kekuatan, jasmani mau pun rohani, fisik mau pun moril, mental mau pun spiritual, untuk menghadapi segala kemungkinan dari pada serangan musuh Islam.

Dan berdasarkan ayat ini pula para Fuqoha sepakat bahwa setiap muslim wajib membela agama, bangsa dan negaranya dari segala gangguan musuh-musuh Islam. Bahkan setiap muslim wajib membela setiap saudara muslimnya yang terzalimi kapan saja dan di mana saja berada di atas muka Bumi.

Jadi, I’DAD merupakan tindakan persiapan diri untuk bela agama, bangsa dan negara. Bahkan persiapan yang baik dan serius akan menggentarkan setiap musuh, sehingga mereka akan berpikir seribu kali untuk mengganggu. Dengan demikian I’DAD bisa menjadi langkah preventif yang sangat efektif untuk mencegah terjadinya serangan atau gangguan dari musuh mana pun.

II. FPI & BELA NEGARA

FPI sejak berdiri pada tanggal 17 Agustus 1998 telah menjadikan Bela Agama dan Bela Negara sebagai bagian penting dalam konsep Jihad FPI, sehingga dalam struktur Kepengurusan FPI dibuat secara khusus Departemen Jihad dan Bela Negara.

Dalam konteks Bela Negara, FPI sejak dideklarasikan telah menyatakan secara terbuka kepada pemerintah RI bahwa kapan saja dibutuhkan untuk Bela Negara, maka segenap Laskar FPI siap dikerahkan tanpa pamrih, bahkan setiap saat siap mengikuti program WAJIB MILITER untuk Bela Negara.

Dan dalam konteks Bela Agama, FPI sejak lahir telah sangat peduli dengan perjuangan umat Islam yang tertindas di berbagai Negara, seperti di Patani, Moro, Myanmar, Afghanistan dan Palestina.

Kepedulian FPI dituangkan dalam bentuk Demo Solidaritas dan Aksi Simpatik di Indonesia untuk menggalang aneka bantuan kemanusiaan buat para korban kezaliman musuh-musuh Islam di seluruh Dunia.

III. RELAWAN JIHAD PALESTINA

Khusus Palestina, Dewan Pimpinan Pusat – Front Pembela Islam telah melakukan berbagai aktivitas kegiatan, antara lain :

1. Tanggal 1 Oktober 2000 : Penerbitan Surat Pernyataan Resmi FPI tentang Seruan Pembebasan Al-Aqsha.

2. Tanggal 9 Oktober 2000 : Penerbitan Surat Pernyataan Resmi FPI tentang Tolak Segala HubunganRI dengan Israel.

3. Tanggal 22 Maret 2002: Penerbitan Surat Pernyataan Resmi FPI tentang Seruan Penghentian Wisata ke Israel.

4. Tanggal 25 Maret 2002 : Penerbitan Surat Pernyataan Resmi FPI tentang Penolakan Kedatangan Menlu Israel Simon Peres ke Indonesia.

5. Tanggal 1 April 2002:DeklarasiKOMITE PEMBEBASAN AL-AQSHA (KPA), sekaligus pembukaan POSKO JIHAD PALESTINA untuk penggalangan bantuan kemanusiaan dan pendaftaran Mujahidin Indonesia ke Palestina. Sekaligus FPI mengajak dan merangkul berbagai Ormas dan Tokoh Islam bekerja sama untuk membela Palestina, termasuk Syeikh Abu Bakar Ba’asyir.

6. Awal Januari2009 : Pasca Serangan Brutal Israel ke Gaza, FPI mengutus secara khusus Sekjen FPI KH. Ahmad Sobri Lubis ke Gaza– Palestina untuk memantau langsung kondisi warga Gaza dan mendata keperluan mereka.

7. Awal Tahun 2009 : FPI meningkatkan kegiatan Komite Pembebasan Al-Aqsha (KPA) dengan membuka Posko-Posko Jihad Palestina se-Indonesia untuk penggalangan bantuan kemanusiaan dan pendaftaran Mujahidin Indonesia ke Palestina. Hingga kini Dana Kemanusiaan yang disalurkan FPI ke Gaza telah mencapai miliaran rupiah berupa pembiayaan Janda Lemah dan Anak Yatim, pengiriman pakaian dan obat-obatan, pengadaan Air Bersih, penyediaan Kebutuhan Pokok, penyembelihan Hewan Qurban, dan pengadaan Ruang Bank Darah FPI di Gedung Rumah Sakit Indonesia di Gaza yang didirikan oleh Organisasi Kemanuasiaan Mer-C.

8. Sepanjang Tahun 2009 : FPI melalui Posko-Posko Jihad Palestina se-Indonesia melakukan pendaftaran dan penyeleksian serta PELATIHAN FISIK bagi para Relawan Jihad FPI untuk Palestina dengan sepengetahuan aparat berwenang di wilayah masing-masing. Pelatihan Fisik merupakan I’DAD yaitu persiapan KETAHANAN FISIK untuk Jihad di Palestina, melalui Latihan dan Olah Raga seperti Bela Diri, Camping, Berkemah, Panjat Tebing, dan lain sebagainya tanpa menggunakan senjata.

IV. LATIHAN PERANG DI ACEH

1. Awal Januari 2009 : DPD FPI Aceh menggelar Seleksi Relawan Jihad yang diikuti 125 peserta dan dilanjutkan dengan Pelatihan Fisik di Pondok Pesantren Darul Mujahidin – Blang Weu Panjo Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, atas seizin DPP FPI dengan sepengetahuan Pemprop Aceh dan Polda Aceh serta Kodam Iskandar Muda, dan juga dilakukan secara terbuka sehingga diketahui oleh pers dan khalayak ramai.

2. Pertengahan Januari 2009 : Menjelang digelarnya Pelatihan Fisik Relawan Jihad FPI Aceh, seorang yang mengaku bernama Sofyan Tsauri dan mengaku sebagai veteran Perang Afghanistan dan pelatih pasukan Mujahidin Moro di Mindano Philipina Selatan serta Ahli Bela Diri, menawarkan diri untuk menjadi PELATIH Relawan Jihad FPI Aceh, lalu setelah diwawancarai diterima oleh FPI Aceh.

3. Tanggal 23 – 26 Januari 2009 : Sofyan Tsauri melatih Relawan Jihad FPI Aceh untuk Palestina berupa strategi pengepungan target, bela diri dan strategi pertahanan tanpa penggunaan senjata api, melainkan hanya senjata mainan dari kayu.

4. Akhir Januari 2009 : DPD FPI Aceh oleh Sofyan Tsauri dibujuk untuk merestui Sepuluh Relawan Jihad FPI Aceh terbaik yang lolos seleksi, untuk diajak, ditampung, dirumahkan dan dijamin makan minumnya serta diberi uang saku untuk latihan menembak di Jakarta, dengan syarat tidak memberitahu DPP FPI, lalu DPD FPI Aceh terbujuk menerima tawaran tersebut.

5. Februari – Maret 2009 : Sepuluh Relawan Jihad FPI Aceh oleh Sofyan Tsauri ditempatkan di belakang Kampus Gunadarma Depok Jawa Barat selama kurang lebih dua bulan, dan di hari-hari tertentu mereka dibawa masuk ke Mako Brimob Kelapa Dua Depok untuk latihan menembak gratis. Selanjutnya sepanjang Tahun 2009 Sofyan Tsauri terus menjalin kontak dengan DPD FPI Aceh tanpa sepengetahuan DPP FPI.

6. Januari 2010 : DPD FPI Aceh oleh Sofyan Tsauri ditawarkan Latihan Perang gratis di sebuah tempat di Aceh untuk kesepuluh Relawan Jihad FPI Aceh yang telah dilatih menembak pada tahun 2009 di Mako Brimob Kelapa Dua Depok dengan syarat tanpa sepengetahuan DPP FPI, tapi kali ini DPD FPI Aceh dengan tegas menolak tawaran tersebut.

7. Februari 2010 : Sofyan Tsauri secara diam-diam menghubungi langsung dan membujuk Kesepuluh Relawan Jihad FPI Aceh untuk Latihan Perang di Hutan Pegunungan Jalin Kecamatan Jantho Kabupaten Aceh Besar, dengan syarat tanpa sepengetahuan DPP FPI mau pun DPD FPI Aceh, dua diantaranya menerima sedang yang lain menolak. Relawan Jihad FPI Aceh yang terbujuk adalah Tengku Mukhtar dan
Abu Rimba yang kasusnya sudah disidangkan di Jakarta.

8. Tanggal 27 Februari 2010 : Saat Latihan Perang mulai digelar di Hutan Pegunungan Jalin Kecamatan Jantho Kabupaten Aceh Besar dengan persenjataan dan amunisi yang sudah disiapkan oleh Sofyan Tsauri dan kawan-kawannya, namun Sofyan Tsauri justru pergi meninggalkan Aceh menuju Jakarta via jalur darat, sehingga saat terjadi penyergapan lokasi latihan oleh Brimob dan Densus 88 serta terjadi kontak senjata, Sofyan Tsauri sudah menghilang.

9. Tanggal 6 Maret 2010 : Sofyan Tsauri ditangkap Polisi di Bekasi, kemudian terungkap melalui persidangannya di Pengadilan Negeri Depok fakta persidangan sebagai berikut :

a. Bahwa nama lengkap Sofyan Tsauri adalah Muhamad Sofyan Tsauri alias Abu Ayyash alias Marwan seorang Desertir Brimob.

b. Bahwa Sofyan Tsauri dalam persiapan persenjataan berikut amunisi dibantu oleh Ahmad Sutrisno yang bekerjasama dengan oknum anggota Polri yaitu Briptu Tatang Mulyadi petugas Kantor SDELOG Polri Cipinang dan Briptu Abdi Tunggal teman sekantornya, serta juga Briptu Posman Baringbing anggota Logistik Mako Brimob yang sekaligus sebagai pihak yang menyiapkan tempat latihan tembak untuk Sofyan cs di Mako Brimob Kelapa Dua Depok.

c. Bahwa yang direkrut oleh Sofyan Tsauri dalam Latihan Perang di Aceh berasal dari berbagai organisasi dan lembaga Islam tanpa sepengetahuan pimpinan organisasinya masing-masing.

10. Tanggal 7 - 14 Maret 2010 : DPP FPI membentuk Tim Investigasi Latihan Perang Aceh karena adanya kesimpang-siuran berita yang mengait-ngaitkan FPI Aceh dengan Latihan Perang di Hutan Pegunungan Jalin Kecamatan Jantho Kabupaten Aceh Besar. DPP FPI pun memanggil Ketua DPD FPI Aceh Tgk Yusuf Qordhowi ke Jakartauntuk memberikan keterangan soal tersebut. Sejak saat itulah DPP FPI baru mengetahui tentang semua kronologis peristiwa sebagaimana telah dirincikan di atas.

11. Tanggal 15 Maret 2010: DPP FPI menyerukan agar Relawan Jihad FPI Aceh yang terlibat Latihan Perang di Aceh, Tengku Mukhtar dan Abu Rimba, secara jantan dan bertanggung-jawab agar menyerahkan diri untuk membuktikan bahwasanya mereka bukan TERORIS, tapi PEJUANG ISLAM yang khilaf terjebak dalam permainan busuk rekayasa intelijen yang dioperatori oleh Sofyan Tsauri dkk.

12. Tanggal 16 Maret 2010 : Relawan Jihad FPI Aceh Tengku Mukhtar menyerahkan diri ke Polres Aceh Utara, selanjutnya dua hari kemudian tanggal 18 Maret 2010 Abu Rimba ikut menyerahkan diri ke Polres Aceh Besar, lalu keduanya dibawa ke Polda Aceh, selanjutnya dikirim ke Jakarta. Dan dengan didampingi para pengacara dari Bantuan Hukum FPI Pusat Tengku Mukhtar dan Abu Rimba mengikuti persidangan di Jakarta hingga jatuh vonis penjara 8 tahun untuk Tengku Mukhtar dan 6 tahun untuk Abu Rimba.

13. Bulan Maret 2010 : DPP FPI membentuk dan mengutus Delegasi Khusus untuk ROAD SHOW ke berbagai Lembaga Negara seperti MPR, MA, DPR, DPD, Mabes Polri, Mabes TNI, Komnas HAM dan lain sebagainya dalam rangka Klarifikasi Latihan Perang di Aceh.

14. Tanggal 25 September 2014 : PENGAKUAN Sofyan Tsauri dalam BAP nya pada jawaban pertanyaan nomor 50 (lima puluh) saat diperiksa sebagai saksi untuk tersangka Muhammad Aries Rahardjo alias Afief Abdul Madjid alias Afief alias Abu Ridhwan bahwa sebelum Latihan Perang di Aceh Tahun 2010 dia pernah bertemu dengan Syeikh Abu Bakar Ba’asyir SATU KALI ketika diajak dan DIPERKENALKAN oleh seorang kawannya di rumah beliau di Solo pada bulan Desember 2009. Saat itu Syeikh Abu Bakar Ba’asyir bertanya kepadanya darimana lalu dijawabnya dari Depok, kemudian Syeikh Abu Bakar Ba’asyir bertanya lagi mau kemana lalu dijawabnya hendak mengantarkan barang dagangan, kemudian Syeikh Abu Bakar Ba’asyir bertanya lagi apakah ia sehat-sehat saja lalu dijawabnya sehat-sehat saja.

V. KESIMPULAN

Dengan fakta dan data tersebut di atas, DPP FPI mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Bahwa I’DAD dalam ajaran Islam merupakan kewajiban persiapan diri untuk bela agama, bangsa dan Negara dari segala kemungkinan serangan atau gangguan dari musuh mana pun.

2. Bahwa AKTOR UTAMA Latihan Perang di Hutan Pegunungan Jalin Kecamatan Jantho Kabupaten Aceh Besar pada Tahun 2010 adalah Muhamad Sofyan Tsauri alias Abu Ayyash alias Marwan seorang Desertir Brimob.

3. Bahwa PEREKRUTAN anggota berbagai ormas dan lembaga Islam oleh Sofyan Tsauri dalam Latihan Perang di Hutan Pegunungan Jalin Kecamatan Jantho Kabupaten Aceh Besar pada Tahun 2010 tanpa sepengetahuan pimpinan ormasnya masing-masing.

4. Bahwa FPI bersama-sama dengan para Tokoh Islam, termasuk Syeikh Abu Bakar Ba’asyir, benar telah bekerja keras menggalang bantuan Dana Kemanusiaan untuk Palestina.

5. Bahwa selama para aktivis FPI mengenal dan bergaul serta berjuang bersama Syeikh Abu Bakar Ba’asyir tidak pernah mendengar sekali pun beliau mengajarkan untuk melanggar Hukum Agama mau pun Hukum Negara, apalagi mengajarkan Terorisme.

Demikian keterangan dan kesaksian ini saya berikan dengan sebenarnya untuk menjadi pegangan bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Dan besar harapan kami dalam kasus Latihan Perang di Aceh Tahun 2010 agar Syeikh Abu Bakar Ba’asyir DIBEBASKAN dari segala tuntutan, karena sama sekali tidak terlibat, bahkan tidak tahu menahu.

Wassalaamu ‘alaikum wa Rohmatullaahi wa Barokaatuhu

Pengadilan Negeri Cilacap, 26 Januari 2016

Yang Membuat Pernyataan

Habib Muhammad Rizieq bin Husein Syihab
Imam Besar FPI

Kesaksian Habib Rizieq Syihab Pada Sidang PK Syeikh Abu Bakar Ba'asyir

BISMILLAAHIR ROHMAANIR ROHIIM ASSALAAMU ‘ALAIKUM WA ROHMATULLAAHI WA BAROKAATUHU KESAKSIAN HABIB MUHAMMAD RIZIEQ BIN HUSEIN SYIHAB UNTUK SYE...

Senin, 25 Januari 2016


Cilacap - Aparat keamanan melakukan pengamanan super ketat dalam sidang Peninjauan Kembali (PK) Ustaz Abu Bakar Baasyir di Pengadilan Negeri Cilacap, Jawa Tengah, Selasa (26/1/2016). 

Pantauan Suara Islam Online di lokasi, sepanjang jalan di sekitar PN Cilacap di blokade aparat dengan kawat berduri. Kepolisian juga mengerahkan ratusan anggotanya, dan sejumlah watercanon.

Pengunjung yang ingin melihat jalannya persidangan di halaman PN Cilacap harus melewati empat kali pemeriksaan. Pihak pengadilan menyediakan tenda dan layar di halaman luar gedung yang menayangkan proses persidangan. 

Pengamanan tersebut belum termasuk pemeriksaan kembali untuk masuk gedung pengadilan. Hanya yang berkepentingan dalam persidangan yang bisa masuk ke dalam gedung pengadilan. Meski demikian, sidang tersebut tetap dihadiri ratusan massa pendukung Ustaz Abu. 

Agenda sidang kali ini adalah mendengarkan keterangan Jaksa Penuntut Umum dan sejumlah saksi diantaranya Imam Besar FPI Habib Rizieq Syihab dan anggota Presidium MER-C dr. Joserizal Jurnalis., Sp.OT.

Sumber: Suara Islam Online

Pengamanan Sidang PK Ustaz Abu Super Ketat

Cilacap  - Aparat keamanan melakukan pengamanan super ketat dalam sidang Peninjauan Kembali (PK) Ustaz Abu Bakar Baasyir di Pengadilan Neger...

Kamis, 21 Januari 2016


Palembang - Pemandangan tak biasa nampak di seputaran Sungai Musi Jembatan Ampera Palembang, Rabu (20/1/2016). Puluhan ribu orang berpakaian putih-putih memadati halaman Benteng Kuto Besak yang bersejarah. Tua muda, laki perempuan, dewasa anak-anak semua tumpah ruah di tempat tersebut.

Di lokasi yang pernah menjadi saksi sejarah meraih kemerdekaan sekaligus benteng pertahanan Kesultanan Palembang Darussalam itu digelar acara Tabligh Akbar dan Ihtitam Maulid Arbain bersama para ulama, para habaib, kyai, tokoh ormas maupun masyarakat serta para pejabat se-Sumatera Selatan.

Acara diawali dengan iringan Qasidah dan bacaan Maulid yang disenandungkan oleh Tim Hadhroh 'Asyiqul Musthofa dan Salafiyah Ba'alawi, dengan suara syahdu dari para Munsyidin dipimpin oleh Ustadz Zaki Mubarok dan Ustadz Syafiq Hidayatullah.

Ketika tiba waktu Mahallul Qiyam, puluhan ribu jamaah berdiri sebagai simbol penghormatan atas kedatangan Sang Junjungan Nabi Muhammad SAW. Senandung sholawat dan doa-doa dilantunkan bersama-sama dengan diiringi hadrah. Gerimis rahmat yang turun saat itu, makin menambah rasa khidmat para jamaah. Mereka larut dalam munajat kepada Allah SWT.

Usai pembacaan Maulid dan sambutan-sambutan dari berbagai tokoh. Tibalah saatnya acara inti, tausyiah agama oleh Imam Besar Front Pembela Islam, Al-Habib Muhammad Rizieq Syihab. Jamaah makin merapat, 

Dalam ceramahnya, Habib Rizieq menjabarkan bagaimana perjuangan Rasulullah SAW dalam menghadapi aneka macam tantangan dakwah serta serangan kaum kafir kepada kaum muslimin. 

“Ketika orang-orang kafir menyerang Islam dengan menggunakan argumen, Rasulullah balas dengan argumen. Dialog dengan dialog. Debat dengan debat. Syair dengan Syair. Ekonomi dengan ekonomi. Namun, ketika orang-orang Kafir angkat senjata, maka Rasulullah juga balas dengan angkat senjata. Takbiir…!!!” Terang Habib penuh semangat.

“Allaahu Akbar…Allaahu Akbar…” Gemuruh pekikan takbir ribuan jamaah.

Karena itu, lanjut Habib, setiap muslim yang mencintai Nabi SAW harus mencontoh beliau dalam cara beliau memperjuangkannya.

Beliau kemudian memberikan contoh kasus bom bunuh diri di Sarinah Jakarta baru-baru ini. Menurut beliau, tindakan tersebut dilakukan karena pelakunya tidak paham cara perjuangan Nabi SAW. 

Lebih lanjut, Habib Rizieq menjelaskan bahwa Indonesia ini merupakan daerah aman, bukan wilayah perang. Tidak boleh seseorang meledakkan bom di tengah kerumunan orang atas nama jihad, karena bukan berada di medan jihad. Jihad ada rukun, syarat, akhlaq dan adabnya, tidak boleh sembarangan.

Beliau mengakhiri ceramahnya dengan mengingatkan umat agar mewaspadai gerakan Nativisasi pemikiran yang saat ini tengah gencar dilancarkan gerombolan Liberal dengan berusaha membuat umat Islam anti dengan Arab, dan memunculkan gerakan menusantarakan Islam.

Tampak hadir dalam acara tersebut sesepuh tokoh masyarakat Palembang, Kms. H.  Abdul Halim Ali, Kapolda Sumsel Irjen Pol. Djoko Prastowo, Perwakilan Pangdam II Sriwijaya, Imam FPI Sumsel Habib Umar Abdul Aziz Syahab, Pembina Majelis Maulid Arbain Habib Umar Alwi Assegaf, Buya Husni Thamrin Madani, Anggota DPD Sumsel Hendri Zainudin, Pimpinan Ormas Islam seperti, PW NU, FUI, Rabithah Alawiyah, DMI, PUI, Kesultanan Palembang, PITI, IKADI, KKP, IKKI, HMI, Puskomda LDK, ICMI, FPI, KAMMI, MMI, Forum Pondok Pesantren Sumsel, BKPRMI dan ratusan Majelis Taklim se-kota Palembang.

Acara yang penuh keberkahan ini ditutup dengan bacaan shalawat dan doa Maulid oleh Habib Umar Abdul Aziz. Jamaah pulang dengan terbit.

Rep: Mahdi Syahab.
Red: Farhan

Puluhan Ribu Umat Islam Hadiri Acara Palembang Bersholawat, Habib Rizieq Terangkan Masalah Jihad dan Bahaya Nativisasi.

Palembang - Pemandangan tak biasa nampak di seputaran Sungai Musi Jembatan Ampera Palembang, Rabu (20/1/2016). Puluhan ribu orang berpakaia...

Rabu, 20 Januari 2016


Fajar Shadiq
Anggota Jurnalis Islam Bersatu (JITU)
Redaktur Pelaksana Kiblat.net 

Bagai tersengat aliran listrik berkekuatan ribuan volt, sejumlah tokoh pengusung ide-ide liberal tersentak hebat. Dalam beberapa hari terakhir ini, mereka ramai-ramai berkicau di media sosial terkait kehadiran Muhammad Jibriel Abdul Rahman sebagai narasumber dalam siaran langsung di siaran langsung di saluran CNN Indonesia.

Ulil Abshar Abdalla, pendiri Jaringan Islam Liberal, melalui akun media Twitter berkicau, “Menyesalkan CNN Indonesia yg memberikan panggung kepada Arrahmah yg juga pendukung ideologi jihadisme. Tak etis!”

“Silakan CNN kalau mau undang Muhammad Jibriel  lagi. Itu hak CNN. Lama kelamaan bisa menjadi al-Qaeda TV :)),” kata Zuhairi Misrawi, tokoh liberal yang akrab dengan kalangan Syiah, dengan nada sinis. 

Protes bernada kecaman juga datang dari kalangan aktivis media. Ulin Yusron, mantan pendiri laman beritasatu.com sekaligus, juga mengkritik diangkatnya Jibriel  sebagai narasumber di portal berita CNN. “Untuk diketahu @CNN, kalau @cnntvindonesia adalah sahabat teroris,” kicaunya.

Luthfi Asyaukanie, aktivis Jaringan Islam Liberal, malah berkomentar lebih pedas lagi, “Suddenly, @CNNIndonesia seems like a fucking idiot @CNN.”

Entah ada yang mengomando atau tidak, agaknya protes bertubi-tubi yang dilayangkan sekelompok kaum liberal ini muncul secara bersamaan. Setidaknya ada sejumlah alasan yang mereka ajukan jikalau Jibriel  tak layak jadi narasumber yang diwawancarai media sekelas Tempo, CNN, Beritasatu, Tribunnews dan lainnya.

Pertama, segelintir orang yang kerap menjadi corong liberal itu emoh jika media nasional menghadirkan pengamat terorisme yang dulunya pernah dituduh sebagai teroris. Sebagaimana diketahui, Muhammad Jibriel  pada tahun 2009 memang pernah ditangkap Densus 88 akibat aktivitasnya mendirikan media Islam, Arrahmah.com.

Kedua, mereka juga memprotes atribusi (penyebutan gelar, red) yang disematkan kepada Jibriel sebagai CEO/pendiri Arrahmah. Mereka menuding media Islam seperti Arrahmah.com sebagai media yang intoleran dan mempromosikan jihad sebagai tindak kekerasan. “Tokoh-tokoh media liberal saja tidak ada yang diangkat, lha kok Arrahmah.com malah dijadikan narasumber?” Mungkin demikian para antek-antek liberal itu bergumam. Lalu, sejumlah penulis buku terorisme (yang tak laku) dan peneliti ISIS pun mereka obral untuk menyaingi ‘hegemoni’ Jibriel .

Ketiga, mereka juga khawatir jika pendiri media Islam seperti Jibriel  diberikan panggung, justru malah akan melegitimasi media-media Islam. Dalam sejumlah kasus-kasus keumatan, media Islam dianggap lebih otoritatif dalam memberitakan ketimbang media arus utama. Dan kelompok liberal enggan ini terjadi.

Cover All Sides

Sebagai media yang pertama kali menampilkan sosok Muhammad Jibriel , akhirnya CNN Indonesia pun menanggapi kritikan yang masuk. Lewat laman Facebook-nya, CNN Indonesia merilis tulisan berjudul ‘Mengapa Kami Mengundang Muhammad Jibriel  Sebagai Narasumber’.

“Kami mendapat banyak pertanyaan di media sosial mengenai Muhammad Jibriel , CEO dan founder situs Ar-Rahmah, yang menjadi narasumber pada Jumat, 15 Januari 2016 malam. Berikut ini jawaban kami: Pascateror ledakan di Jl Thamrin, kami menyiarkan update informasi dan juga analisis terhadap serangan tersebut. Dalam prosesnya, kode etik jurnalisme mengharuskan kami meliput semua pihak (cover all sides). Tidak hanya satu sisi, misalkan aparat. Atau pengamat yang kebetulan banyak mendapat informasi tentang jaringan teroris dari aparat. Atau mantan teroris yang memang sudah bekerjasama dengan aparat. Di tengah tudingan terhadap keterlibatan Bahrun Naim dalam ledakan di Jl Thamrin, kami ingin mencari tahu sebanyak mungkin: apakah demikian halnya? Maka kami mencari narasumber alternatif.” 

Menurut CNN Indonesia, Muhammad Jibriel  memberi banyak konteks dalam proses wawancara. Dia dapat menjelaskan siapa Afif (keduanya pernah satu sel di LP Cipinang), siapa Bahrun, bagaimana keterlibatan ISIS, dan sebagainya. Inilah yang dianggap penting bagi CNN Indonesia dan mungkin seluruh warga Indonesia yang haus akan informasi tersebut. 

“Dan Muhammad Jibriel, sekali lagi kami tegaskan, bukanlah satu-satunya narasumber yang kami undang. Sebagaimana media lain, kami pun terus mengikuti rilis aparat sebagai sumber resmi yang berwenang terkait investigasi di berbagai lokasi,” tulis CNN Indonesia.

CNN Indonesia juga menyebut atribusi kepada Jibriel  sebagai CEO Arrahmah muncul di layar diperlukan sebagai status sang narasumber.

Mereka juga menjelaskan bahwa mengundang Jibriel tidaklah sama dengan mengglorifikasi dia. “Dalam konteks ledakan di Jl Thamrin, Jibriel adalah narasumber yang layak berita (news worthy). Dan oleh karena itulah dia diwawancara,” demikian penjelasan CNN Indonesia.

Informasi Jibriel  Repotkan Siapa?

Bagi para penikmat berita, informasi yang disampaikan oleh Muhammad Jibriel Abdul Rahman memang sangat menarik. Komentarnya berbeda dari sejumlah pengamat terorisme lainnya yang cenderung mengamini pernyataan sepihak dari kepolisian yang menyatakan Bahrun Naim adalah aktor intelektual dan perencana serangan bom MH Thamrin. 

Jibriel ragu melihat kapabilitas Bahrun Naim dalam melakukan perencanaan plot serangan. Di sejumlah media, Jibriel juga meragukan motivasi Bahrun Naim yang disebut-sebut menginginkan kekuasaan sebagai pemimpin ‘Katibah Nusantara’, konon ini merupakan sebuah kelompok pejuang Daulah Islam (IS) di Irak dan Suriah yang berasal dari Indonesia. 

"Kalaupun seandainya menunjukkan eksistensi sebagai calon pemimpin, bukan seperti teror Sarinah caranya. Itu justru akan dianggap sebagai kebodohan dan kelemahan karena serangan tidak rapi," kata Jibriel  seperti dimuat di laman Tempo.co.

Jibriel  juga yang pertama kali mengidentifikasi dan menyebut sosok penyerang berkaus hitam dan bertopi yang menembak anggota polisi. Afif alias Sunakim, disebut oleh media massa secara perdana lewat mulut Jibrie. Jibriel mengenal Afif, juga semasa dalam tahanan. 

"Afif adalah tukang urut Aman Abdurahman. Dia pernah dipenjara karena kasus teror di Aceh selama tujuh tahun di LP Cipinang,” kata Jibriel kepada CNNIndonesia.com, Kamis (14/1) sore, belasan jam sebelum Kapolri Jenderal Pol Badrodin Haiti menyebut nama Afif alias Sunakim pada keeseokan harinya.

Agaknya, ada sejumlah pihak yang merasa kerepotan dengan informasi yang disampaikan Jibriel . Sehingga, CNN Indonesia yang mula-mula menampilkan sosok dikenal flamboyan ini langsung dihujani serangan bertubi-tubi.

Pemberitaan Terorisme dan Kaum Liberal yang Hipokrit 

Sejak kasus Bom Bali I dan II, media di Indonesia menaruh perhatian besar pada isu terorisme. Apalagi selama sepuluh tahun terakhir, aksi pengeboman terus terjadi dalam skala yang berbeda dan wilayah yang beragam. Terorisme menjadi isu yang menarik untuk diliput. Media televisi malah menghadirkan banyak tayangan dialog membahas terorisme.

Menjadi kewajiban jurnalis untuk memberikan informasi akurat dan berimbang kepada publik. Tapi pada praktiknya, ada kecenderungan pergeseran. Informasi yang dihidangkan relatif kering dan searah. 

Keterbatasan akses, begitu alasannya. Jurnalis umumnya hanya mendapatkan informasi dari kepolisian, itu pun pejabat humas atau penerangan. Walhasil, jurnalis mendapatkan informasi satu arah.

Akibat lanjutannya, liputan media acapkali tergelincir menjadi corong pihak kepolisian semata. Padahal, jurnalis mestinya paham media bisa dijadikan alat propaganda oleh kelompok tertentu. 

Terkait hal itu, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) pernah menerbitkan buku “Panduan Jurnalis Meliput Terorisme”. Menurut AJI, ada sejumlah dosa yang kerap dilakukan para jurnalis dalam meliput terorisme.

Dosa pertama, jurnalis acapkali mengandalkan satu narasumber resmi. Kedua, lalai dalam melakukan verifikasi. Ketiga, malas menggali informasi di lapangan. Keempat, lalai memahami konteks. Kelima, terlalu mendramatisasi peristiwa. Keenam, tidak berempati pada narasumber. 

Ketujuh, menonjolkan kekerasan. Kedelapan, tidak memperhatikan keamanan dan keselamatan diri. Dan kesembilan, menyiarkan berita bohong.

Dalam kasus bom Jl MH Thamrin, sayangnya para jurnalis media-media arus utama mengulangi kembali dosa-dosa ini. Kehadiran Jibriel  sebagai mantan teroris dipertanyakan segelintir pihak, tapi pada saat yang sama mereka tak keberatan jika mantan teroris seperti Ali Fauzi, Nasir Abbas dan Abdurrahman Ayyub dijadikan narasumber.

Pemberitaan yang menonjolkan kekerasan dan mendramatisasi peristiwa juga sekali lagi terjadi. Komisi Penyiaran Indonesia sampai harus menyemprot para pengelola media akibat pemberitaan bom Sarinah yang over eksposure.

Dandhy Laksono, jurnalis senior yang juga menulis buku “Jurnalisme Investigasi”, turut mengkritik media arus utama terkait glorifikasi narasumber. “Di lapangan, ‘NKRI Harga Mati’ itu sama menakutkannya dengan ‘kafir halal darahnya’. Dan jangan tanya glorifikasi media pada yang pertama,” kata Dandhy.

Dandhy mengkritik para praktisi media yang bersifat hipokrit. Sebab, media arus utama kerap mengglorifikasi para pengusung semangat nasionalisme dengan slogan NKRI Harga Mati. Bagi jurnalis senior macam Dandhy, slogan semacam itu dianggap salah, jikalau memaksakan batas tanah airnya pada orang lain yang merasa tak sebangsa.

Walhasil, dari sini nampak terlihat betapa hipokritnya para pengusung ide-ide liberal. Mereka kerap meneriakkan kebebasan berekspresi dan berpendapat, tapi sering kesurupan ketika ideologi yang mereka asongkan mendapatkan rival yang sepadan.

Fitrahnya, manusia itu kerap bertarung dalam hatinya ketika mendengar bisikan dari malaikat yang mendorong kebaikan dan dari setan yang menjerumuskan pada jurang kesalahan. Agaknya, ‘bisikan’ Jibriel , semacam bisikan yang membuat para setan kejang-kejang.

Sumber: Suara Islam Online
Red: Farhan

Jibriel dan Kaum Liberal yang Hipokrit : Studi Kasus Pemberitaan Pascateror Bom MH Thamrin

Fajar Shadiq Anggota Jurnalis Islam Bersatu (JITU) Redaktur Pelaksana Kiblat.net  Bagai tersengat aliran listrik berkekuatan ribuan volt, se...

Selasa, 19 Januari 2016


DERADIKALISASI dan DELIBERALISASI.
Oleh : Muhammad Hanif Alatas*


DERADIKALISASI

Setelah terjadinya bom Bali pada tanggal 12 Oktober 2002, Pemerintah mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2002 dalam rangka menanggulangi tindakan terorisme. Presiden memberikan mandat kepada Menteri Koordinator Bidang Politik dan keamanan (Susilo Bambang Yudhoyono) untuk membuat kebijakan dan strategi nasional penanganan terorisme.

Berdasarkan Keputusan Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan Nomor: Kep-26/Menko/Polkam/11/2002 dibentuklah "Desk Koordinasi Pemberantasan Terorisme (DKPT)"  upaya deradikalisasi terus berlanjut sampai pada tanggal 16 Juli 2010 atas rekomendasi Komisi I DPR dan assessment terhadap dinamika terorisme, Presiden Republik Indonesia menerbitakan Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2010 tentang Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, dan mengangkat Irjen Pol (Purn) Drs. Ansyaad Mbai, M.M. sebagai Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (Keputusan Presiden Nomor 121/M. Tahun 2010).

Program deradikalisasi sangat menyita perhatian pemerintah hingga saat ini, terlebih pasca teror mengejutkan yang terjadi di Jakarta di awal tahun 2016 (Baca: Said Aqil Siradj: Indonesia Darurat Radikalisme | Republika Online Mobile - http://m.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/16/01/17/o13ihf301-said-aqil-siradj-indonesia-darurat-radikalisme ). Tentu, sebagai umat Islam, menciptakan kondusifitas ditengah kehidupan berbangsa dan bertanah air merupakan bagian dari tuntunan agama. Dengan kata lain, agama mendukung adanya program deradikalisasi dengan defenisi yang tidak menyimpang dari syariat Islam. karena, pada dasarnya Islam menolak tegas terorisme, baik dalam sekala kecil ataupun besar, hal tersebut bisa tergambarkan dalam sabda Nabi saw :

المسلم من سلم المسلمون من لسانه و يده 

Seorang muslim adalah mereka yang tidak menggangu muslimin lainnya dengan Lisan atau Tangannya [HR. Bukhori].  Dalam konteks kafir Dzimmi, Rasulullah saw juga bersabda :


ألا من ظلم معاهداً أو انتقصه أو كلفه فوق طاقته أو أخذ منه شيئاً بغير طيب نفسه فأنا خصمه يوم القيامة

Ketahuilah, barang siapa yang mendzholimi seorang kafir mu'ahad (Kafir yang membuat perjanjian keamanan dengan muslim), atau menghinanya, atau memaksanya untuk melakukan sesuatu diluar batas kemampuannya, atau mengambil sesuatu darinya tanpa adanya ridho, maka Akulah musuhnya di Hari Kiamat [HR. Abu Dawud] 

Jika menggangu muslim dengan tangan dan lisan, serta menghina, mendzholimi dan merampas hak-hak non muslim secara semena-mena dilarang oleh Nabi, lalu bagaimana dengan Membunuh tanpa Haq ? Menteror dengan Bom dan kontak senjata ? Islam secara tegas menolak berbagai bentuk teror  !

DELIBERALISASI

Jikalau target radikalisme dan terorisme adalah fisik, tidak kalah jahatnya liberalisme. Liberal adalah jenis kanker pemikiran yang paling berbahaya. Liberal merupakan komplikasi dari berbagai penyakit pemikiran yang disebabkan berbagai virus yang mematikan akal dan nalar serta membunuh iman, mulai dari Virus Relativisme yang menyebabkan penyakit pluralisme/inklusivisme. Virus skeptisisme yang berimbas pada penyakit sekularisme. Virus agnostisisme yang berdampak penyakit materialisme, sampai virus atheisme yang menimbulkan penyakit rasionalisme. Tidak heran, pada tahun 2005, MUI dengan tegas menerbitkan fatwa tentang kesesatan SEPILIS (sekularisme, Pluralisme dan Liberalisme). 

Ironisnya, usai terbitnya fatwa tersebut hingga kini, tidak ada upaya kongkrit dari pemerintah RI untuk membendung arus liberalisasi di Indonesia. Justru sebaliknya, pemerintah malah cenderung menjadi peternak liberal. Tidak dapat dipungkiri, Produk-produk liberal seperti; legalisasi LGBT, nikah lintas agama, pribumisasi Islam, sampai rekonstruksi syariat justru lahir dari rahim kampus-kampus Islam yang dibangun oleh negara (baca: Liberalisme Islam di Indonesia, Dr. Adian Husaini). Tidak sampai disitu, LSM-LSM komporador yang menjadi kaki tangan asing dengan bebas beraksi di negri ini,  berbagai undang-undang yang bertentangan dengan syariatpun acapkali jebol, diketuk palu para dewan. Sampai disini timbul pertanyaan, bukankah pemerintah juga bertanggung jawab dalam menjaga moralitas dan nurani bangsa ? layaknya deradikalisasi, mengapa sampai saat ini kita belum mendengar wacana DELIBERALISASI ? Mengapa penyakit liberal yang sedemikian parahnya malah didiamkan, bahkan dikembangbiakkan ? 

DERADIKALISASI dan DELIBERALISASI

Ibarat orang tua yang menjaga anaknya, tentu bukan hanya menjaga dan membesarkan fisik, Namun mentalitas dan moral sang anak juga wajib dijaga dengan baik. Apa artinya badan yang besar, segar dan bugar, namun mengindap penyakit gila, kehilangan akal ?  Sebaliknya, mental yang baik dengan tubuh penuh penyakit akan menghambat banyak hal dalam kehidupan orang tersebut. karenanya Fisik dan mentalitas harus dijaga selaras,  sehingga menjadi sehat dzhohir dan bathin.

Layaknya orangtua, Undang-undang memberikan amanat kepada negara untuk menjaga lahir dan batin Rakyat Indonesia. sebagaimana Lahir mereka dijaga dari terorisme dengan upaya deradikalisasi, maka batin Juga harus dijaga dari virus liberal dengan upaya deliberalisasi.

Deradikalisasi tanpa disertai deliberalisasi akan menciptakan segudang radikalis pemikiran yang akan melucuti pakaian moralitas bangsa. 

Deradikalisasi tanpa disertai deliberalisasi akan menjadi TUNGGANGAN kaum liberal untuk memfitnah Islam dengan berbagai tudingan dusta.

Deradikalisasi tanpa disertai deliberalisasi, bukanlah menjadikan terorisme dan radikalisme sebagi target operasi yang harus di tebas, tapi ISLAM-lah  sasaran utama yang harus dilibas.

Akibat deradikalisasi yang digandrungi liberal, bom yang jelas-jelas diledakkan oleh seorang cina kafir bukan merupakan terorisme 

(baca: http://m.tempo.co/read/news/2015/10/29/078714193/kapolri-pengeboman-alam-sutera-bukan-terorisme) 

Pembakaran masjid dan penyerangan terhadap umat Islam yang sedang menjalankan solat idul fitri bukanlah radikal 

(baca: http://panjimas.com/news/2015/08/10/ustadz-ditangkap-pendeta-gidi-diundang-ke-istana/) 

Namun, pesantren dicurigai sebagai sarang teroris 

(baca: https://m.detik.com/news/berita/495313/gus-solah-ambil-sidik-jari-santri-pemerintah-tak-cerdas) 

Ulama dituduh teroris, Ormas-ormas Islam dianggap sebagai kaki tangan teroris, Al-Quran dijadikan barang bukti dalam penangkapan teroris 

(baca: http://manjanik.com/news/nasional/di-balikpapan-densus-88-kembali-jadikan-al-quran-sebagai-barang-bukti/) 

dan Syariat Jihad dianggap sebagai ajaran teror dan radikal ! Bertolak dari hal itu, umat islam yang cinta damai kecewa akan tuduhan dan penindasan ini. kekecewaan yang mendalam justru dengan subur melahirkan bibit-bibit  radikal, dan pada akhirnya, deradikalisasi ala liberal hanya meciptakan RADIKAL diatas RADIKAL.

Deradikalisasi WAJIB di-imbangi dengan deliberalisasi, agar kampanye anti radikal betul-betul memiliki defenisi yang utuh, lurus berjalan diatas relnya, tanpa penyelewengan ala liberal. Dengan demikian, stabilitas keamanan lahir dan batin betul-betul tercipta -Insya Allah- di negri ini. 

Oleh karena itu, pemerintah wajib menggalakkan DELIBERALISASI, sebagaimana sejak lama pemerintah habis-habisan menggulirkan DERADIKALISASI.

Jaga fisik Bangsa dengan DERADIKALISASI !
Jaga moral bangsa dengan DELIBERALISASI !

* Penulis adalah Waketum DPP FMI (Front Mahasiswa Islam)

Deradikalisasi dan Deliberalisasi

DERADIKALISASI dan DELIBERALISASI. Oleh : Muhammad Hanif Alatas* DERADIKALISASI Setelah terjadinya bom Bali pada tanggal 12 Oktober 2002, Pe...


Qosidah Ciri-Ciri ASWAJA (Ahlu  Sunnah Wa al-Jama'ah) 
Karya : Muhammad Hanif bin Abdurahman Al-attas

*Bait-bait syiir ini merupakan sebagian intisari dari pelajaran 101 ciri ASWAJA yg disampaikan oleh Imam Besar FPI al-Mujahid  al-Habib Muhammad Riziq Syihab

صلاة الله سلام الله # على طه رسول الله
صلاة الله سلام الله # على يس حبيب الله

Wahai muslimin wahai muslimat
Mari ASWAJA, dipegang kuat
Insya Allah kita selamat
Di dunia juga akhiraat.

Dua mazhab aqidah Sunni
Mayoritas ikut Asy'ari
Banyak juga yang Ma'turidi
Inilah ciri-ciri ASWAJA.

Fiqih ASWAJA mazhabnya empat
Syafi'i Malik Hanafi Ahmad
Ikhtilaf Ummat membawa Rahmat
Inilah ciri-ciri ASWAJA.

Rukun Iman enam jumlahnya
Rukun Islam lima bilangannya
Yang ke tiga ihsan namanya
Inilah ciri-ciri ASWAJA.

Sumber hukum yg disepakati
Qur'an Sunnah itu harga mati
Ijma' Qiyas wajib ditaati
Inilah ciri-ciri ASWAJA.


Ayat sifat harus ditanzih
Tafwidh ta'wil dengan jiwa bersih
Tolak tegas tajsim dan tasybih
Inilah ciri-ciri ASWAJA.

Karomah wali adalah fakta
Siksa kubur juga realita
Shirot dan mizan bukanlah dusta
Inilah ciri-ciri ASWAJA.

Nabi Muhammad akhir para Nabi
Bawa syafaat di Hari nanti
Wasilah kita kepada Robbi
Inilah ciri-ciri ASWAJA.

Dzurriyyah Nabi banyak dan berkah
Pendamping Qur'an dan juga Sunnah
Wajib mencinta cucu Fathimah
Inilah ciri-ciri ASWAJA.

Sahabat Nabi bagaikan bintang
Panutan ummat terang benderang
Wajib dicinta haram diserang
Inilah ciri-ciri ASWAJA.

Sahabat Nabi adil riwayat
Meski tak ma'shum seperti Ahmad
Dengan Ahlul Bait begitu dekat
Inilah ciri-ciri ASWAJA.

Imam Mahdi dari Dzurriyyah
Pasti datang tak mungkin kalah
Khilaafah tegak juga Syariah
Inilah ciri-ciri ASWAJA.

Isra' Mi'roj fakta dan nyata
Dengan jasad dan juga jiwa
Melihat Allah Tuhan Semesta
Inilah ciri-ciri aswaja.

Tawassulan jadi wasilah
Tabarrukan mengalap berkah
Rayakan Maulid karna Mahabbah
Inilah ciri-ciri Aswaja

Anti Takfir sesama ikhwah
Penuh cinta galang ukhuwwah
Tebar rahmah jalin mawaddah
Inilah ciri-cii Aswaja


Ahlu Sunnah Mazhab yang inshaf
konsisten ikut jalannya Salaf
Boleh IKHTILAF tolak INHIROF
Inilah ciri-ciri ASWAJA.

Alhamdulillah NU Aswaja
Alhamdulillah FPI Aswaja
Alhamdulillah kita Aswaja
Sampai mati tetap Aswaja.

Wahai Muslimin wahai Muslimat
Mari ASWAJA, dipegang kuat
Insya Allah kita selamat
Di dunia juga akhiraat.

Qosidah Ciri-Ciri ASWAJA (Ahlu Sunnah Wa al-Jama'ah)

Qosidah Ciri-Ciri ASWAJA (Ahlu  Sunnah Wa al-Jama'ah)  Karya : Muhammad Hanif bin Abdurahman Al-attas *Bait-bait syiir ini merupakan se...

Upaya umat Islam untuk mencegah penyebaran kemusyrikan dan perusakan budaya Sunda yang dilakukan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi terus menggelinding bak bola salju. Makin hari makin membesar dan tidak terbendung.

Beberapa waktu sebelumnya, Dedi Mulyadi mengalami pengusiran diberbagai kotadi Jawa Barat. Mulai dari Garut, Ciamis, Bogor, Sukabumi, bahkan sampai ke Jakarta. Di Ujung Genteng Sukabumi, Dedi bahkan sampai dihalau dan dikejar-kejar warga ketika akan tampil dalam suatu acara.

Upaya umat terus berlanjut. Pada Ahad (17/1/2016), Ribuan warga Purwakarta menggelar Parade Tauhid. Acara tersebut digelar dalam rangka menolak segala kemaksiatan dan kemusyrikan di Purwakarta.

"Kita kumpul untuk menolak maksiat dan syirik yang ada di Purwakarta. Kita menolak kemusyrikan yang dilakukan oleh Bupati Dedi Mulyadi," ujar ulama Purwakarta, KH Muhammad Syahid Joban.

"Kita tunjukkan bahwa umat Islam masih ada di Purwakarta, dan kita tidak ridho kemaksiatan dan kemusyrikan ada disini," tambahnya.

Acara dimulai sekira pukul 8 pagi, massaberkumpul di kampus Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) di Jl Veteran kemudian longmarch menuju kawasan Pasar Rebo Purwakarta.

Sepanjang perjalanan peserta mengucapkan kalimat talbiah dan meneriakan yel-yel, "Patung bukan adat sunda, mengarak kereta kencana bukan adat sunda, memajang bebegig bukan adat sunda, ayo jaga agama benahi budaya."

Pernyataan Sikap

Dalam Parade Tauhid tersebut, Umat Islam membacakan Pernyataan Sikapnya sebagai berikut:

1. Kami umat Islam Purwakarta menyatakan dan memohon kepada Dedi Mulyadi selaku bupati Purwakarta untuk mengembalikan kota Purwakarta sebagai kota santri.

2.  Kami umat Islam Purwakarta menyatakan dan memohon kepada Dedi Mulyadi untuk menghentikan upaya intimidasi dan adu domba antar umat Islam di Purwakarta.

3. Kami umat Islam Purwakarta menyatakan dan memohon kepada Dedi Mulyadi agar segera menghentikan segala macam ritual yang menjurus kepada kemusyrikan serta membongkar dan menghentikan pembuatan patung-patung di Purwakarta.

4. Kami umat Islam Purwakarta menyatakan dan memohon kepada Dedi Mulyadi untuk selalu dekat dari para ulama agar tercipta hubungan yang harmonis antara ulama dan umaro.

5. Kami umat Islam Purwakarta memohon kepada kapolda Jawa Barat untuk segera memproses perkara hukum penistaan agama yang dilakukan oleh Dedi Mulyadi sebagai bupati Purwakarta dengan segera dan tuntas.


Red. Farhan/dbs

Parade Tauhid Purwakarta

Upaya umat Islam untuk mencegah penyebaran kemusyrikan dan perusakan budaya Sunda yang dilakukan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi terus mengge...

Presidium Indonesia Police Watch (IPW) menilai, aksi teror yang terus merebak dan makin banyaknya jumlah pengikut kelompok teroris adalah sebagai dampak dari buruknya pola penangkapan yang dilakukan oleh Detasemen Khusus 88 atau Densus 88 Polri.

Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW), Neta S Pane mengungkapkan, Densus 88 sebagai satuan khusus untuk penanggulangan terorisme dinilai cenderung bergaya algojo mengeksekusi mati tersangka di lapangan. Padahal, tugas Polri adalah melumpuhkan dan membawa tersangka ke dalamproses hukum dan bukan mengeksekusi matinya di lapangan.

"Cara-cara yang dilakukan Densus 88 menyiksa dan mengeksekusi mati tersangka dalam penangkapan telah melahirkan dendam kesumat yang luar biasa, terutama terhadap Polri," ujar Neta dalam keterangannya seperti dikutip Rakyat Merdeka Online, Selasa (19/01/2016).

Di luar dugaan, lanjut Neta, pola penangkapan ini telah melahirkan sikap simpati untuk ikut berjihad melakukan pembalasan, baik dari para keluarga tersangka maupun kelompok-kelompok lainnya. Tak heran arus keberangkatan para simpatisan kelompok ini ke Suriah kian banyak dan diam-diam mereka kembali ke Indonesia setelah bergabung dengan kelompok ISIS.

Neta mencontohkan kasus Bahrun Naim. Menurtnya semula dia bukanlah teroris. Bahrun hanya seorang teknisi komputer yang suka mengkritisi sikap Densus 88 di media-media online. Pada 2010, Bahrun tiba-tiba ditangkap di jalanan dan disiksa. Ia dituduh menyimpan senjata dan peluru. Saat itu juga di facebook-nya muncul sikap simpati anak anak muda pada nasib Bahrun.

"Mereka mencaci maki Densus. Akhirnya Naim divonis 2,5 tahun. Lepas dari penjara Naim ke Suriah. Lalu bergabung dengan ISIS. Begitu juga dengan anak Imam Samudra yang masih remaja ke Suriah. Akibatnya muncul generasi teroris yang turun temurun, yang akan menyulitkan bagi bangsa ini untuk mengatasinya. Proses deradikalisasi gagal yang terjadi dendam kesumat kian marak dan menjadi kayu bakar terorisme. Fenomena ini perlu kita cermati semua pihak," terang Neta.

Neta menambahkan, sebenarnya program deradikalisasi harus sejalan bersinergi dengan program penindakan yang profesional. Celakanya, masing-masing pihak di jajaran aparat keamanan cenderung mempertinggi egosektoralnya. Akibatnya pelaksanaan tugas di lapangan saling merugikan satu sama lain.

Ke depan, sambung dia, bangsa ini perlu pemimpin Densus 88 yang berwawasan luas dan bisa mengendalikan anak buahnya di lapangan agar bertindak profesional. Selain itu kendali Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) yang mengakar ke seluruh unsur yang berhubungan dengan penanggulangan teror perlu ditingkatkan. Sehingga bangsa ini tidak hanya kebakaran jenggot saat aksi teror bom meledak. 

Sumber: Suara Islam Online

IPW: Gaya Densus Siksa dan Eksekusi Terduga Teroris Lahirkan Dendam Kesumat terhadap Polri

Presidium Indonesia Police Watch (IPW) menilai, aksi teror yang terus merebak dan makin banyaknya jumlah pengikut kelompok teroris adalah se...

Minggu, 17 Januari 2016


TANYA: Kenapa FPI tidak dukung ISIS ?! Padahal FPI & ISIS sama-sama dukung Penerapan Syariah dan Penegakan Khilafah serta Anti Zionis. 

JAWABAN IMAM BESAR FPI, HABIB MUHAMMAD RIZIEQ SYIHAB :

"Karena Fakta ISIS di berbagai negeri Islam telah membunuh Ulama Aswaja yg tdk mendukung mereka,  dan mengkafirkan kaum muslimin yg tdk sependapat dg mereka, serta menghancurkan Makam Anbiya, Shahabat, Tabi'in, Ulama dan Auliya, dg dalih memerangi kemusyrikan.

Ini yg ditolak keras FPI sbg Ormas Islam ASWAJA. Jihad ada syarat, rukun dan adab yg tdk boleh dilanggar. Jihad tidak boleh menghalalkan segala cara. Camkan !"

Kenapa FPI Tidak Dukung ISIS? Ini Alasannya

TANYA: Kenapa FPI tidak dukung ISIS ?! Padahal FPI & ISIS sama-sama dukung Penerapan Syariah dan Penegakan Khilafah serta Anti Zionis.  ...

Sabtu, 16 Januari 2016

Video ini disampaikan pada peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Masjid Nurul Iman Kp. Cijalu Cikampek Timur Kabupaten Karawang 15 Januari 2016

[VIDEO] Pandangan Habib Rizieq Tentang Teror Bom Sarinah

Video ini disampaikan pada peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Masjid Nurul Iman Kp. Cijalu Cikampek Timur Kabupaten Karawang 15 Januari ...

FPI VS PKI DAN ISIS

SERUAN IMAM BESAR FPI
HABIB MUHAMMAD RIZIEQ SYIHAB TENTANG PKI DAN ISIS :

Awas ... Gerombolan Komunis Poh An Tui dan Begundal Liberal sebar fitnah terhadap FPI :

A. Ada FOTO tentang berkibarnya Bendera ISIS saat Demo FPI di Jakarta ???

JAWAB : Itu Aksi Ormas-Ormas Islam untuk PALESTINA di Tahun 2014, dan FPI ikut, lalu ada pihak yang bawa bendera mirip Bendera ISIS. Apa salah FPI ???!!!

B. Ada VIDEO Pengibaran Bendera ISIS saat Pawai FPI di Makassar ???

JAWAB : Itu Pawai Gabungan Ormas Islam di Makassar yang diikuti FPI setempat pada tanggal 24 Januari 2015 saat mereaksi adanya Bendera bertuliskan LAFAZH TAUHID dan STEMPEL NABI SAW yang dirobek-robek dan diinjak-injak serta dibakar di beberapa daerah di Pulau Jawa. Mereka tidak sedang bela ISIS, tapi sedang bela PANJI TAUHID dan STEMPEL NABI SAW, hanya saja Panji yang mereka bawa mirip dengan Bendera ISIS. Dan soal kemiripan dengan Bendera ISIS tersebut, DPD FPI Sulsel dan DPW FPI Makassar sudah ditegur keras oleh DPP FPI karena dinilai berlebihan.

Apa salah bela LAFAZH TAUHID dan STEMPEL NABI SAW ???!!!

C. Pernyataan FPI mendukung ISIS ???

JAWAB : Ini INTISARI Pernyataan FPI tentang ISIS Tahun 2014 :

1. FPI dukung Penerapan Syariah secara Konstitusional di NKRI.

2. FPI dukung Penegakan Khilafah Islam di DUNIA untuk melawan New Imperialisme Intenasional.

3. FPI menolak segala bentuk perang antar sesama muslim.

4. FPI menolak pembunuhan warga sipil apa pun madzhab dan agamanya.

5. FPI sambut seruan Pimpinan Al-Qaidah Aiman Az-Zawahiri agar pengikutnya seperti ISIS di Iraq & HIZBUN NUSHROH di Syria menghormati semua mujahidin di dunia dari kelompok mana pun, bukan seenaknya mengkafirkan dan membunuh yang tidak sejalan dengan mereka.

Apa yang salah dari Pernyataan FPI ???!!!

Jadi, soal ISIS sikap FPI sejak tahun 2014 sudah tegas dan jelas, bahwa siapa pun, termasuk ISIS, yang suka mengkafirkan dan menumpahkan darah sesama muslim tanpa hak adalah musuh FPI.

Seruan Imam Besar FPI Tentang PKI dan ISIS

FPI VS PKI DAN ISIS SERUAN IMAM BESAR FPI HABIB MUHAMMAD RIZIEQ SYIHAB TENTANG PKI DAN ISIS : Awas ... Gerombolan Komunis Poh An Tui dan Beg...

Rabu, 13 Januari 2016

PERNYATAAN SIKAP 
Dewan Pimpinan Pusat Front Pembela Islam (DPP FPI)

Tentang 

Kasus Teror Bom di Jakarta Kamis 14 Januari 2016.

1. FPI mengutuk dan mengecam segala bentuk aksi teror bom di Negara Kesatuan Republik Indonesia, apalagi sampai menimbulkan korban.

2. FPI berempati kepada semua korban dan mendesak pemerintah memberikan pengobatan sampai sembuh dan santunan kepada keluarga korban tewas.

3. Segala teror bom di negeri aman adalah kejahatan berat. Tidak ada kaitan antara teror bom dan agama islam.

4. FPI menduga adanya gerakan intelijen asing untuk menterorisasi umat Islam Indonesia.

5. Mendesak Pemerintah RI khususnya Polri agar menangkap, mengungkap dan menghukum seberat-beratnya pelaku teror secara profesional tanpa membabi buta.

6. Mendesak Pemerintah terutama Polri untuk lebih meningkatkan keamanan untuk melindungi segenap bangsa Indonesia.

Demikian Pernyataan Sikap DPP FPI

Jakarta, 14 Januari 2016

Tertanda,
KH. Ahmad Shobri Lubis, Lc
Ketua Umum FPI

Pernyataan Sikap DPP FPI Terkait Teror Bom Jakarta

PERNYATAAN SIKAP  Dewan Pimpinan Pusat Front Pembela Islam (DPP FPI) Tentang  Kasus Teror Bom di Jakarta Kamis 14 Januari 2016. 1. FPI mengu...

Selasa, 12 Januari 2016


GAFATAR (Gerakan Fajar Nusantara)

Oleh: M. Amin Djamaluddin
Pimpinan Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam Jakarta

Gafatar adalah nama (baju) baru dari Al-Qiyadah Al-Islamiyyah dan Komar (Komunitas Millah Abraham), setelah “nabi” Ahmad Moshaddeq ditangkap dan divonis oleh Pengadilan Negeri Jakarta Selatan (menyerahkan diri ke Polda Metro Jaya pada 29 Oktober 2007 dan divonis pada 23 April 2008) dengan hukuman penjara 4 (empat) tahun.

Dalam rapat pengurus lengkap, pada Sabtu, 12 September 2009 di Jalan Raya Puncak KM 79, Cisarua, Bogor, Jawa Barat, dalam pengarahan Ketuanya pada saat itu antara lain mengatakan, “12 September 2009 ini adalah sebuah saah baru, sejarah baru dan catatlah peristiwa ini baik-baik.” (hal. 16)

“Suatu hal yang perlu kita cerdasi, Allah bukanlah orang Arab dan Dia (Allah) sangat mengerti apabila manusia beribadah kepada-Nya menggunakan bahasa apa pun yang digunakannya. Ini merupakan sebuah aqidah bersejarah yang aku ungkapkan kepada kalian, pada tanggal 12 September 2009 bersejarah ini. Ini merupakan suatu yang baru dari Alqi (Al-Qiyadah Al-Islamiyyah, pen) kita bergeser menuju Millah Abraham. Kalau nanti orang mempermasalahkan nama yang kamu gunakan, maka katakanlah kepada mereka, kamu adalah Komunitas Millah Abraham.” (hal. 17).

“Pada masa transisi, penyesuaian merupakan suatu yang logis. Dengan adanya peralihan dari Alqi (Al-Qiyadah Al Islamiyyah, pen) kepada Komunitas Millah Abraham, tentu saja perlu penyesuaian, perlu perubahan struktur.” (hal. 22)
           
Dengan mereka berganti nama (baju) dari Al-Qiyadah Al-Islamiyyah menjadi Millah Abraham, akhirnya mereka bisa leluasa dan bebas mengembangkan organisasinya di seluruh Indonesia. Mereka hanya merubah namanya saja, akan tetapi ajarannnya masih tetap sesat, karena mengikuti ajaran ”nabi” Ahmad Moshaddeq.
           
Alhamdulillah, Gubernur Aceh telah mengeluarkan SK yang berisi larangan untuk Millah Abraham di seluruh wilayah Aceh dengan SK Gubernur Aceh No. 9 tahun 2011, pada Kamis 26 April 2012. Akhirnya mereka berganti nama (baju) lagi dari Millah Abraham menjadi Gafatar (Gerakan Fajar Nusantara). Dengan nama baru ini, mereka melakukan kegiatan sosial di mana-mana di seluruh Indonesia.
           
Kemudian, pada hari Kamis, 7 Juni 2012, koran Radar Depok memuat wawancara jarak jauh dengan penulis, (pada saat itu, penulis sedang pulang kampung ke Udik Bima, NTB). Penulis tidak bisa mendengar suara wartawan Radar Depok tersebut, karena suara Hpnya terputus-putus. Wartawan Radar Depok bertanya kepada penulis tentang Gafatar yang kegiatannya luar biasa di Depok. Penulis jawab bahwasanya Gafatar itu pada intinya masih tetap mengikuti ajaran yang bersumber dari Ahmad Moshaddeq. Perlu diketahui bahwasanya Ahmad Moshaddeq ini berasal dari Pesantren Al-Zaytun NII KW-9, Al-Qiyadah Al-Islamiyyah dan juga Millah Abraham. Wawancara antara penulis dengan wartawan Radar Depok via telepon ini, dimuat oleh Radar Depok pada hari Jumat, 8 Juni 2012.
           
Setelah Radar Depok menurunkan berita hasil wawancara dengan penulis tersebut, akhirnya beberapa pimpinan Gafatar mendatangi redaksi koran Radar Depok dan mereka memprotes keras berita tersebut. Maka pada saat itu pula, wartawan Radar Depok menelepon penulis, dan penulis jawab bahwa penulis masih di kampung, belum pulang ke Jakarta.
           
Setelah penulis tiba di Jakarta, maka pada Senin 11 Juni 2012, datanglah beberapa orang pengurus Gafatar ke kantor LPPI di Jalan Tambak No. 20B Jakarta Pusat. Di Kantor LPPI, Ketua Dewan Pimpinan Daerah Gafatar Jawa Barat, Ir. La Ode Arsam Tira protes dan marah-marah kepada penulis. Penulis hanya mendengarkan dan diam saja saat Ir. Laode marah-marah tersebut.
           
Setelah kemarahan Ir. Laode mereda, maka penulis mengambil buku-buku asli tulisan Ahmad Moshaddeq dan buku tulisan Ketua Umum Gafatar, Mahful Muis Hawari dan penulis perlihatkan buku-buku tersebut kepada mereka semuanya.

Buku tulisan Ketua Umum Gafatar, Mahful Muis Hawari yang berjudul Teologi Abraham Membangun Kesatuan Iman, Yahudi, Kristen dan Islam. Penulis menilai bahwa buku ini merupakan missi Yahudi untuk menghancurkan Islam dari dalam.

Buku tulisan Ahmad Moshaddeq yang berjudul Eksistensi dan Konsekuensi Sebuah Kesaksian. Editor Mahful Muis, S.Ag, M.A. Di dalam buku tersebut terdapat tulisan Ahmad Moshaddeq dan juga tulisan Mahful Muis, S.Ag, M.A. Buku tulisan Ahmad Moshaddeq yang berjudul Al Masih Al Maw’ud & Ruhul Qudus Dalam Perspektif Taurat, Injil & Al-Qur`an. 

Buku dengan judul Ruhul Qudus yang Turun Kepada Al Masih Al Maw’ud. Di dalam buku tersebut, pada hal. 191, 192 hampir seluruh Pengurus Gafatar telah berbai’at kepada ”nabi” Ahmad Moshaddeq.

Buku yang ke-4 ini hanya copyannya saja, karena buku yang asli sudah disita oleh Polda Metro Jaya sebagai bukti penodaan agama, sewaktu penulis melaporkan Ahmad Moshaddeq di Polda Metro Jaya tahun 2007, delapan tahun yang lalu, sehingga divonis 4 (empat) tahun penjara.

Setelah mereka melihat buku-buku asli tersebut, terutama buku tulisan Ketua Umumnya, alangkah kagetnya mereka. Penulis berkata kepada Ir. La Ode, “Buku tulisan Ketua Umum Gafatar ini berisi misi Yahudi, yaitu untuk menyesatkan umat Islam, sama dengan misinya Millah Abraham!”

Penulis juga memperlihatkan kepada mereka Susunan Pengurus Gafatar lengkap dengan foto-foto mereka dengan latar foto berwarna orange serta nomor urut bai’at mereka kepada Ahmad Moshaddeq.

Setelah penulis memperlihatkan buku-buku asli tersebut kepada mereka, termasuk buku tulisan Ketua Umum Gafatar dan buku tulisan Ahmad Moshaddeq tersebut, maka Ir. La Ode yang tadinya marah-marah kepada penulis, akhirnya dia berkata kepada penulis, ”Pak Amin ini orang tua kita, tempat kita bertanya berbagai masalah agama,” sambil memegang bahu penulis. Kemudian setelah itu, mereka pun pulang. (copy kartu namanya terlampir).

Jakarta, 11 Januari 2015
Sumber: Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam Jakarta

GAFATAR (Gerakan Fajar Nusantara)

GAFATAR (Gerakan Fajar Nusantara) Oleh: M. Amin Djamaluddin Pimpinan Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam Jakarta Gafatar adalah nama (ba...

 

© 2015 - Distributed By Free Blogger Templates | Lyrics | Songs.pk | Download Ringtones | HD Wallpapers For Mobile